Komitmen Putera Sampoerna Foundation Membangun Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Numerasi
IndonesianJournal.id, Jakarta – Dalam peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, Putera Sampoerna Foundation (PSF) menegaskan komitmennya untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Dengan mengusung tema “Membangun Masa Depan Gemilang melalui Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Keterampilan Matematika untuk Semua“, PSF menggelar rangkaian acara yang mencakup dua sesi talkshow inspiratif dengan menghadirkan para ahli dan praktisi pendidikan pada Selasa (3/12), di Gedeng A Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta.
Menurut Elan Merdy selaku Senior Director, Putera Sampoerna Foundation melalui perayaan Hari Guru Nasional, PSF menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pelopor dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, dan adaptif. Langkah ini tidak hanya akan membantu mencetak generasi muda Indonesia yang unggul secara akademis, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global dan berkontribusi bagi masyarakat.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan. Melalui pelatihan dan dukungan yang kami berikan, kami percaya mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Teknologi juga menjadi alat penting bagi guru untuk memperkuat kemampuan literasi numerasi siswa, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan,” tutur Elan.
Menurut Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen GTK, dalam upaya mendukung inklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, penting untuk mengumpulkan data yang akurat dan dapat diakses oleh orang tua dan guru. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
“Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan, kita dapat lebih memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mungkin mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis. Kesadaran di sekolah mengenai isu ini juga harus ditingkatkan agar semua siswa, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik,” tuturnya.
Metode Pembelajaran Berbasis Proyek yang diterapkan PSF-SDO terbukti meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa hingga 7% dalam dua tahun terakhir. Dengan mengintegrasikan pembelajaran kontekstual dan teknologi, program ini memungkinkan siswa belajar secara hybrid melalui platform Guru Binar (gurubinar.id) maupun tatap muka. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka dengan keterampilan praktis untuk menghadapi tantangan dunia nyata.
“Pendekatan kami ini juga membantu guru meningkatkan kompetensi pedagogik mereka dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran berbasis proyek, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa. Kami harap upaya-upaya ini dapat membangun pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi,” tutup Juliana.