Tasya Kamila Berbagi Tips Ajarkan Anak Cinta Matematika

IndonesianJournal.id, Jakarta – Tantangan dalam pendidikan Indonesia semakin nyata, terutama dalam hal penguasaan keterampilan numerasi. Berdasarkan data dari PISA 2022, skor matematika siswa Indonesia berada di angka 366, jauh di bawah rata-rata OECD yang sebesar 472. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan strategis yang lebih efektif dalam meningkatkan literasi numerasi di kalangan siswa. Salah satu metode yang efektif adalah Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PjBL), yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep matematika dalam konteks nyata. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam situasi dunia nyata, yang mendukung keterampilan problem-solving dan berpikir kritis.
Head of Program Development and Guru Binar Putera Sampoerna Foundation, Juliana menegaskan bahwa perayaan Hari Guru Nasional ini merupakan momentum bagi PSF untuk semakin memperkuat komitmennya dalam membangun ekosistem pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan zaman.
“Matematika mungkin menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian siswa, Padahal, dengan mengetahui dan memahami Matematika, anak dan bahkan orang dewasa bisa berpikir logis, runut dan problem solving. Inilah mengapa kami menganggap literasi numerasi sebagai tema utama Hari Guru tahun ini,” ujar Juliana.
Senada dengan pernyataan Juliana, Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen GTK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menambahkan bahwa pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan dapat membantu memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis. “Kesadaran di sekolah mengenai isu ini harus ditingkatkan agar semua siswa, termasuk yang memiliki disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, mantan penyanyi cilik Tasya Kamila turut hadir sebagai narasumber diskusi. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk memahami tahap perkembangan anak dan mengetahui apa saja yang harus dicapai di usia tertentu. Dengan begitu, mereka bisa memberikan stimulasi yang tepat di rumah.
“Anak-anak sebenarnya dapat belajar dari media dan kegiatan apa pun, termasuk dari aktivitas sehari-hari di rumah. Misalnya, ketika mengajarkan Matematika, saya memulai dengan konsep dasar seperti membedakan mana yang lebih banyak, lebih sedikit, lebih besar, atau lebih kecil. Ketika anak sudah mulai bisa berbicara, saya ajarkan berhitung, mulai dari 1 hingga 20, lalu meningkat hingga 100. Anak-anak usia dini juga bisa diperkenalkan pada simbol-simbol angka 1 hingga 10, serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Menurut penyanyi lagu Aku Anak Gembala ini, ia mulai melatih motorik halus anaknya pada usia 3,5 tahun, misalnya dengan mengajarkan menulis. Hal ini sangat membantu ketika anak mulai belajar membaca, menulis, dan berhitung.
“Saya juga berusaha menyesuaikan metode belajar dengan apa yang disukai anak, sehingga proses belajarnya terasa menyenangkan. Sebagai contoh, anak saya suka bermain kipas angin. Dari situ, saya mengajarkan konsep matematika sederhana, seperti menghitung jumlah kipas. Ketika jumlahnya lebih dari 20 dan tidak bisa dihitung dengan jari, saya ajarkan konsep mendata dengan membuat daftar. Hal ini juga melatih keterampilan problem solving-nya, misalnya ketika kipas tidak menyala atau berputar lambat, dia belajar mencari tahu penyebabnya.”
Tasya menekankan bahwa anak-anak memiliki potensi besar untuk belajar dari hal-hal sederhana yang mereka sukai, dan peran orang tua dalam memberikan stimulasi yang tepat sangatlah penting sebelum anak-anak memasuki pendidikan formal.
“Kegiatan sehari-hari bisa menjadi momen belajar yang berarti, terutama jika didukung oleh kehadiran dan perhatian kita sebagai orang tua. Ini menjadi dasar yang penting sebelum anak-anak memasuki pendidikan formal di sekolah, di mana mereka akan mulai bersaing dalam dunia akademis,” tutup Tasya.