IndonesianJournal.id, Davos, Swiss – IJers. Perhatiin ga sih, kalau industri teknologi keuangan maju sedemikian pesatnya. Teknologi finansial, khususnya di Indonesia, menjadi sebuah kekuatan dan ketahanan industri teknologi finansial global dalam memberikan layanan keuangan baik bagi masyarakat dan pelaku usaha yang belum tersentuh, menjadi sorotan dalam penelitian terbaru ‘The Future of Global Fintech: Towards Resilient and Inclusive Growth’ yang dipublikasikan sebagai salah satu agenda World Economic Forum.
Ada lima vertikal industri tekfin yang terlibat diantaranya ritel (pinjaman digital, peningkatan modal digital, pembayaran digital, perbankan dan tabungan digital, serta insurtech) dan enam kawasan (Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika Utara, AS dan Kanada, serta Afrika sub-Sahara) untuk menggambarkan ekosistem tekfin yang sedang berkembang pesat.
DANA, sebagai bagian dari World Economic Forum Unicorn Community sekaligus dompet digital yang terus berkomitmen meningkatkan literasi serta inklusi keuangan, dipercaya menjadi salah satu panelis untuk membahas hasil penelitian tersebut dari perspektif teknologi finansial di kawasan Asia. Konferensi Pers ‘The Future of Global Fintech: Towards Resilient and Inclusive Growth’, ini juga menghadirkan Bryan Zheng Zhang (Executive Director and Co-Founder, Cambridge Centre for Alternative Finance, Cambridge Judge Business School, University of Cambridge, United Kingdom), Drew Propson (Head, Technology and Innovation in Financial Services, World Economic Forum), John Rwangombwa (Governor of the National Bank of Rwanda), dan Vince Iswara (CEO &Co-Founder DANA Indonesia), serta dipandu oleh Naoko Tochibayashi (Japan Communications Lead, World Economic Forum).
Dalam jumpa pers yang dilakukan secara daring di kantor Dana yang dihadiri para wartawan dan salah satunya tim dari Indonesian Journal, yang disambungkan langsung ke World Economic Forum yang berlangsung di Devon, Swiss, yang digelar pada kamis (18/1) ecara spesifik membahas tiga agenda penting. Ketiga agenda tersebut diantaranya menggali potensi dan tantangan industri tekfin, mengidentifikasi area-area krusial di mana kolaborasi antara sektor publik dan swasta dapat mengoptimalkan industri tekfin, serta mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi yang mendukung inovasi dan pertumbuhan industri tekfin yang berkelanjutan termasuk di Indonesia.
Vince Iswara, CEO & Co-Founder DANA Indonesia mengatakan, “Teknologi finansial telah banyak mengubah perilaku masyarakat, termasuk di Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia selalu memanfaatkan uang tunai sebagai instrumen pembayaran. Setelah masuknya teknologi finansial, masyarakat mulai merasakan berbagai kemudahan mulai dari aspek kenyamanan bertransaksi digital hingga mengatur pengeluaran harian mereka. Kemudahan yang sama juga dirasakan oleh pelaku usaha, yang kini mulai masuk ke ekosistem ekonomi digital. Dengan teknologi finansial, mereka dapat mengatur keuangan mereka dalam waktu yang singkat.”
“Kami terus melihat tren pertumbuhan yang positif dari pemanfaatan teknologi finansial baik bagi individu maupun pelaku usaha. Bahkan, pemanfaatan teknologi finansial terbukti mampu bertahan dan bertumbuh kuat di masa penuh ketidakpastian seperti pandemi hingga hari ini. Kami mencatat pertumbuhan transaksi DANA meningkat lebih dari 100 persen diikuti dengan meningkatnya jumlah UMKM mitra DANA Bisnis sebesar lebih dari 30 persen, jika dibandingkan dengan tahun lalu (YoY). Bahkan, salah satu pemenang program SisBerdaya yaitu Dituta, merasakan pertumbuhan sebesar 900 persen dengan omzet mencapai 90 juta, melonjak tinggi dari omzet 10 juta per bulan sebelum mengikuti program,” lanjut Vince.
Ragam manfaat yang dirasakan oleh individu maupun pelaku usaha dengan hadirnya teknologi finansial, secara tidak langsung ikut memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai produk dan layanan keuangan digital. Lewat kapabilitas yang dimiliki, DANA tak lupa senantiasa mengedukasi pengguna untuk mengetahui lebih dalam tentang layanan keuangan digital, seperti asuransi hingga investasi. Edukasi pun tidak hanya dilaksanakan di kota-kota besar saja, tetapi juga di berbagai daerah di wilayah Indonesia agar masyarakat memahami betul manfaat teknologi finansial dalam menyejahterakan hidup dan usahanya.
Dalam kaitannya untuk mengakselerasi inklusi keuangan, Vince memaparkan bahwa kemampuan dan kebiasaan untuk bertransaksi digital masyarakat di seluruh ekosistem ekonomi digital, ikut mendorong industri tekfin berinovasi. Para pemain dalam industri teknologi keuangan terus menciptakan produk dan layanan terbaru yang memungkinkan masyarakat di berbagai golongan untuk mengakses asuransi dan investasi. Salah satu caranya adalah dengan mengubah besaran limitasi produk asuransi dan investasi, dengan jumlah yang minimum. Hal ini juga diimplementasikan oleh DANA dalam menawarkan layanan asuransi dan investasi di skala mikro lewat produk DANA Siaga dan DANA eMAS.
“Lewat pendekatan-pendekatan tersebut, masyarakat akan dengan mudah merasakan manfaat yang dimiliki teknologi finansial dan menjadikan instrumen ini sebagai bagian dari hidupnya. Dampak positifnya, masyarakat bisa memasuki gerbang awal menuju masyarakat nontunai yang inklusif hingga sehat finansial,” pungkas Vince.
Penelitian ‘The Future of Global Fintech’ merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menanggapi kebutuhan sektor publik dan swasta saat ini akan data yang lebih kuat dan bukti empiris mengenai tekfin, guna menginformasikan perkembangan pasar dan memfasilitasi regulasi berbasis bukti. Melalui kolaborasi dengan kelompok tekfin global yang inovatif dan relevan, inisiatif ini berupaya menghasilkan hasil penelitian berdampak yang menyoroti tren pasar global, menghasilkan wawasan tekfin regional, dan menilai bagaimana aktivitas tekfin dapat berdampak pada konsumen, UKM, dan inklusi keuangan.
Inisiatif ini juga mempertemukan para inovator, pelaku industri jasa keuangan, regulator, dan lembaga pembangunan melalui serangkaian diskusi dan lokakarya untuk berbagi pembelajaran, menyebarkan pengetahuan, dan menjalin kemitraan publik-swasta yang bermakna.