Lebih Kenal Lagi Dengan Konnyaku dan Shirataki Dari Pasuruan
Di tengah bazar DESSERT MARKT: A Pop-Up Concept by Jakarta Dessert Week di ASHTA District 8, pelopor festival dessert di Indonesia, Jakarta Dessert Week (JDW) sebagai penyelenggara, menggelar talk show / demo setiap weekend. Pekan ini, DESSERT MARKT mengajak Anda mengenal Shirataki dan Konnyaku, dua bahan baku favorit Jepang yang mendunia di tengah healthy lifestyle melalui napak tilas sejarah dan memasak hidangan berbahan dasar Shirataki dan Konyaku dari Mr. Ishii; merek yang ternyata sudah berada dan diproduksi di daerah Pasuruan, Jawa Timur, sejak tahun 1971.
Diolah dari serat glukomanan yang diekstraksi dari umbi porang atau iles-iles, dalam 100gram glukomanan hasil produksi PT. AMBICO mengandung 85gram fiber murni. Serat glukomanan adalah makanan bagi bakteri baik dalam saluran pencernaan, favorit sebagai makanan ‘penyapu’ usus. Bahan baku ini yang menjadikan konnyaku rendah karbo, rendah gula, dan zero calorie. Hanya bentuk ‘beras’ konnyaku kering mengandung kalori karena olahannya ditambahkan tepung tapioka. Namun setelah dimasak, kadarnya pun rendah. Melalui merek Mr.Ishii, PT AMBICO menggerakkan makan Konnyaku dan Shirataki yang berfungsi sebagai food balancing (untuk pola makan yang lebih seimbang).
“Kehadiran Mr. Ishii yang mengenalkan sejarah mengenai Shirataki dan Konnyaku pada kesempatan bintang dapur kali ini memeriahkan DESSERT MARKT setiap weekend-nya. Jika Anda ingin mengenal lebih dekat, akan keunggulan aneka dessert dan hidangan istimewa di perhelatan JDW kali ini, semua jadwal ada di Instagram @jakartadessertweek,” ucap Kevindra Soemantri, Co-Founder Jakarta Dessert Week yang juga host “Street Food: Asia” Netflix.
Perekat Hubungan Indonesia dan Jepang
Berdiri sejak 1971, Mr. Ishii menjadi produsen pertama Konnyaku dan Shirataki di Indonesia. Secara global, perusahaan ini yang pertama menginovasi Konnyaku dan Shirataki dalam bentuk kering.
Pendirinya, Masaharu Ishii, adalah mantan tentara Jepang yang dulu memutuskan untuk tetap tinggal dan berjuang bersama rakyat Indonesia selama perang kemerdekaan. Selepasnya, ia mengulik umbi porang sebagai komoditas bermanfaat layak ekspor yang bisa diperkenalkan ke dunia dan menjembatani hubungan Indonesia – Jepang. Porang pilihannya kebanyakan berasal dari sekitaran Pasuruan, Jawa Timur.
Konnyaku dan Shirataki dipilihnya karena populer di dapur Jepang. Para biksu Jepang bahkan telah menyantapnya sejak abad ke-6 sebagai pengganti daging. Sebagai ahli Konnyaku dan Shirataki, ia lalu ditunjuk Pemerintah Jepang sebagai pengawas ke negara ekspor perdana: Jepang. Hubungan manis terjalin antar kedua negara sampai akhirnya kewarganegaraan Indonesia Ishii diberikan oleh Presiden RI, Soekarno.
Kini, Konnyaku PT. AMBICO telah diolah berbagai bentuk, dengan versi beras ‘analog’ Konnyaku (Konnyaku Grain) dan Mi Kering Konnyaku (Shirataki) sebagai bentuk terpopulernya. Lainnya bisa berbentuk basah, mulai dari balok, mie, nasi, hingga fettucini.
“Di negara pengonsumsi tertingginya, Jepang, sekitar 90% bentuk kering Konnyaku dan Shirataki ditangani kami,” ujar Charlie ‘Shirataki’ Santoso dari PT AMBICO. Tujuan ekspor lainnya adalah Korea, China, Taiwan, Itali, Prancis, Canada, hingga AS.
Di Indonesia, beras konnyaku seringkali menggantikan nasi secara 100%. Padahal, ini merupakan peralihan yang ekstrem dan cita rasanya sulit diterima karena seperti jeli. Dalam edukasinya, Mr. Ishii senantiasa berbagi cerita tentang cara warga Jepang menikmati beras Konnyaku: Ditanak bersama beras biasa sebanyak 30-50%. Beras konnyaku juga sering salah kaprah disebut beras Shirataki. Padahal, Shirataki dalam Bahasa Jepang berarti air terjun putih dan hanya disematkan pada bentuk mie konnyaku.