50 Tahun Antimo di Indonesia, Phapros Mulai Penetrasi ke Pasar Millenial
Bertempat dibilangan Jakarta Selatan, Rabu (19/9), PT Phapros Tbk yang juga salah satu anggota Holding BUMN Farmasi menandatangani nota kesepahaman dengan para stakeholders seperti PT KAI (Persero), PT PELNI (Persero), Perum DAMRI, dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).
Penandatanganan nota kesepahaman ini dalam rangka memperingati 50 tahun Antimo yang menjadi salah satu living legend brand Indonesia serta menjadi bentuk sinergi dan penguatan aspek core business dari masing-masing BUMN, khususnya terkait engagement dan positioning bagi traveller lintas generasi yang menjadi pelanggan utama, baik melalui branding ataupun aktivitas lain ke depannya.
Acara ini juga merupakan puncak dari serangkaian kegiatan sosial yang telah berlangsung sebelumnya, seperti pemberian bantuan biaya perawatan bagi pasien hidrosefalus bekerjasama dengan Yayasan Anne Avantie serta pemberian bantuan pendidikan kepada siswa-siswi SD di beberapa pulau terluar di Indonesia.
Menurut Direktur Pemasaran Phapros Imelda Alini Pohan, salah satu faktor keberhasilan mempertahankan Antimo selama setengah abad ini karena perusahaan tetap fokus menyasar segmen travel convenience, yaitu masyarakat Indonesia yang sering mengalami motion sickness (mabuk perjalanan). Dengan konsistensi tersebut, produk ini pun menjadi salah satu tulang punggung perusahaan dan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja penjualan Phapros.
“Kami sangat bersyukur atas apa yang telah dicapai oleh salah satu produk andalan kami Antimo saat ini. Sebagai merk yang menyasar segmen yang cukup tajam, kami berhasil membukukan pertumbuhan penjualan hingga lebih dari 100 persen pada semester I tahun ini, apalagi sejak dibukanya kembali pariwisata dan mudik lebaran. Ke depannya, Phapros akan terus melakukan ekspansi pasar,” ungkapnya di Jakarta (19/10).
Sebagai produk yang menguasai lebih dari 90 persen pasar obat anti mabuk perjalanan di Indonesia, Imelda mengatakan bahwa kinerja Antimo sangat berkaitan erat dengan industri pariwisata Indonesia. Menurutnya, saat ini kaum milenial menguasai pasar wisata baik di Indonesia maupun global. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata (Kemenpar), wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Diproyeksikan pada 2030 mendatang, 57 persen pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan milenial yang berusia antara 15-34 tahun.
“Mereka akan menjadi pangsa pasar bagi Antimo di tahun 2023 nanti. Kami akan meluncurkan beberapa produk baru dari kategori yang sama dengan bentuk sediaan yang inovatif sehingga bisa memenuhi kebutuhan wisatawan mulai dari anak-anak, orang tua, generasi Z dan milenial.”
Menurutnya, bertahannya Antimo sebagai market leader merupakan hasil dari kemampuan beradaptasi Phapros terhadap perkembangan zaman yang meliputi tren konsumen, kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru di industri obat-obatan.
“Kami terus berkomitmen untuk berkontribusi melalui peluncuran produk dan alat kesehatan berbasis riset serta bekerjasama dengan lembaga lain dalam berinovasi. Perusahaan akan terus melakukan perluasan pasar secara agresif dengan menggandeng mitra-mitra distributor untuk masuk ke daerah-daerah di mana penetrasi produk Phapros masih rendah.”
Tahun 2023 nanti Phapros akan tetap fokus pada inovasi produk baru dan efisiensi, termasuk menjadikan commercial excellence, operational excellence, financial excellence dan digitalisasi sebagai bagian dari strategi lanjutan dari tahun ini.
“Phapros akan terus menjaga momentum pertumbuhan positif tahun 2022 ini. Tren ekonomi kita mulai bergerak kembali dan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, termasuk tumbuhnya kembali beberapa produk pareto Phapros yang sempat turun selama pandemi. Kami sangat optimis tahun depan korporasi akan semakin kuat secara fundamendal dan jangkauan pasar,” tutupnya.