x
Fashion

Ambil Bagian Pada Kelana Wastra Fashion Fest, IFC Bersama BUMN Perluas Pasar Wastra Indonesia

Ambil Bagian Pada Kelana Wastra Fashion Fest, IFC Bersama BUMN Perluas Pasar Wastra Indonesia
  • PublishedApril 29, 2024

IndonesianJournal.id, Jakarta – Dalam upaya mendukung industri fashion Indonesia, Kementerian BUMN menggelar acara fashion yang sangat dinantikan, Kelana Wastra Fashion Fest, yang diadakan di Mall Sarinah, Jakarta. Bertema “Kelana Wastra”, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan wastra Indonesia ke pasar dalam dan luar negeri dengan lebih baik.

Kegiatannya meliputi bazaar, fashion show, talkshow, dan lomba desainer: School Fashion Design Competition. Event KAWFEST 2024 memberikan kesempatan kepada desainer muda termasuk desainer terdidik dari sekolah mode untuk menunjukkan kreativitasnya. Kompetisi ini diikuti oleh 10 sekolah mode di Jakarta,  dan Ali Charisma bertindak sebagai salah satu juri dari kegiatan School Fashion Design Competition.

Indonesian Fashion Chamber (IFC) ambil bagian dalam kegaitan tersebut berupa Trunk Show “Green and Trendy” yang menampilkan karya-karya terbaru dari sembilan desainer anggota Indonesian Fashion Chamber (IFC). Acara tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 26 April 2024, di Gedung Sarinah Lantai 6. Desainer yang berpartisipasi dalam Trunk Show Green and Trendy adalah: BATIK NYONYA INDO by Priscilla Saputro, PRICILLA MARGIE, RATRI WIJAYA, BOLDSESSION X ARRA JEWELRY, LISTYA AYU, HENDRI BUDIMAN, ELLY VIRGO, PARADISE BATIK, dan RENGGANIS.

Wastra Indonesia merupakan kekuatan dalam industri mode kita yang membuat berbeda dengan mode dari negara-negara lain. Sehingga acara ini sangat positif dalam rangka menggalakkan pemakaian wastra lebih banyak dalam industri mode,” ujar Lenny Agustin, National Chair Indonesian Fashion Chamber.

Dan 3 desainer IFC yang berhasil diwawancara oleh tim jurnalis Indonesian Journal menceritakan tentang koleksi mereka, sesaat setelah trank show:

Listya Ayu by Listya Dyah Rahayu

“Saya melihat kalau kekayaan batik dan tenun Jawa Timur tidak terlalu terekspos selama ini. Sehingga banyak masyarakat yang tidak tau kalau di tiap daerah di Jawa Timur memiliki batik dan tenun dengan motif yang bagus-bagus. Untuk waran memang rame, tapi rame yang menarik gitu,” ungkap Listya Ayu.

Dengan mengangkat tema Cakra Jawi Wetan dengan memberi garis tegas pada potongan yang feminim, Listya Ayu menggunakan batik dan tenun Lamongan, batik dan tenun Tuban, batik Mojokerto, batik Banyuwangi dan dikombinasikan dengan lurik pada koleksinya.

Memilih warna orange, cream dan hitam untuk koleksi kali ini dan di desaign dengan model tertutup dan moslem friendly. Dengan memilih style feminim elegan dengan sentuhan payet yang menjadi ciri khas dari Listya Ayu.

“Untuk tenun Tuban lebih sering disebut tenun gedog yang memiliki tekstur yang kasar dan buat lebarnya tidak terlalu lebar, jadi tidak bisa di pakai banyak. Untuk materialnya sendiri, tunun Tuban memakai kapas yang dipilin hingga teksturnya tebal dan kasar. Sementara tenun Lamongan lebih halus dan lebih tipis.” Jelas Listya Ayu.

Brand Listya ayu juga mendaur ulang sisa bahan kain untuk dijadikan produk baru kembali dengan konsep zero waste. Target market brand ini tertuju pada anak-anak berusia 8 hingga 10 tahun dan wanita dewasa usia 20 hingga 60 tahun.

Rumah Batik Wijaya

Berangkat dari ide Selebrasi Imaginasi dengan inspirasi sisi kemandirian dan keberanian seorang wanita yang tidak lemah. Serta menonjolkan kekuatan wanita yang tersimpan. Inspirasi ini digambarkan dalam bentuk hewan-hewan gagah seperti harimau, macan, naga yang mendominasi koleksi Hendri Budiman pada runaway kali ini.

“Wanita saat ini harus mengambil bagian dengan kemandirian, kebernian berinovasi, bertindak dan bersuara yang dilambangkan fauna yang mencerminkan kekuatan,” Jelas Hendri Budiman.

Gambar hewan pada koleksi Hendri Budiman ini dibentuk dari batik Pekalongan yang dikombinasikan bahan polos dengan detail bordir dan mute batu-batu.

Koleksi ini tidak hanya menampilkan keindahan tradisional batik, tetapi juga menggabungkannya dengan sentuhan modern yang segar, sesuai dengan visi dan dedikasi Rumah Batik Wijaya dalam melestarikan dan mengembangkan seni batik Indonesia.

Hendri Budiman

Mengambil tema Jagadhita mempunyai arti dunia yang sejahtera yang diterjemahkan dalam arti sustainable fashion. Yang tidak hanya memperhatikan produksinya saja, tapi juga memperhatikan keberlanjutan fashion itu sendiri, dan juga dampaknya kelingkungan. Dalam hal ini Hendri Budiman melakukannya dengan cara penggunaan warna alam, menghindari bahan sintetis dan pastinya ramah lingkungan.

Koleksi kali ini Rumah Batik Wijaya didominasi dengan bahan katun dan untuk warnanya sendiri menggunakan warna-warna alam yang berasal dari daun, batang dan lain-lain yang melalui pewarnaan hingga tujuh kali pencelupan.

“Kebanyakan kain yang dipakai dililit, tidak di potong, jadi masih utuh. Selain itu saya menggunakan sisa kain sebagai syal dan juga untuk aksesoris pelengkap koleksi.” Ujar Rantri, sang desainer

Semua koleksi Rumah Batik Wijaya selalu ada outernya yang dianggap lebih fleksibel dalam penggunaannya. “Bisa dikombinasi dengan dalaman tanktop dan celana, rok sarung atau kain untuk bawahaannya, ditutup dengan outer. Jadi bisa digunakan bagi yang berhijab,” jelas Rantri lagi. Selain outer koleksi Rumah Batik Wijaya juga mengeluarkan koleksi berupa tunik dan rompi dari bahan berbagai macam katun, dan lurik polos. Yang special itu ada lurik polos putih yang kemudian di batik.

 

 

Written By
Amanda Nasution

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!