BBPPMVP Bispar X SMKN 4 Balikpapan Sajikan ‘Haru Kareh’ di Ajang Front Row Paris 2023
Beberapa desainer Indonesia kembali tampil pada gelaran Front Row Paris 2023 di The Westin Vendome menampilkan koleksi karya terbaru. Dalam kesempatan ini,
Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bisnis dan pariwisata turut hadir dalam ajang Front Row Paris 2023. Berkolaborasi dengan SMKN 4 Balikpapan mereka menampilkan busana yang diinspirasi oleh pohon dari pohon hayat yang menjadi symbol IKN Nusantara.
Mengambil bagian dengan cara berpartisipasi lewat karya terbaru membawakan pre fall collection dengan tema ‘Haru Kareh’.
HARUKAREH berasal dari bahasa Ngaju yang disebut juga sebagai Biaju. Bahasa biaju adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Barito Raya yang dituturkan oleh suku Ngaju dan berasal dari daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, dan Mentaya di Kalimantan. HARUKAREH terdiri dari dua suku kata yaitu Haru (Baru) dan Kareh (Depan). Sehingga dapat diartikan menjadi “Masa depan yang baru”, judul Harukareh dalam koleksi kali ini menggambarkan harapan masa depan baru dalam budaya Kalimantan. Hal ini sejalan dengan pembangunan Ibu Kota baru Negara Indonesia di wilayah Kalimantan Timur dengan harapan yang lebih baik untuk Negara tercinta, Indonesia. Harukareh menggambarkan semangat untuk terus bertumbuh, berkembang, dengan semangat kebaruan menghadapi masa depan yang lebih cemerlang.
Salah satu sumber ide Harukareh berasal dari pohon hayat yang menjadi symbol IKN Nusantara. Selain itu, Harukareh juga memaknai kehidupan suku Dayak di Borneo dengan kehidupannya yang menyatu dengan hutan Kalimantan. Sehingga koleksi kami banyak memakai warna coklat, abu, kuning, maroon sebagai terjemahan dari warna-warni kehidupan di hutan. Penggunaan bahan lurik diambil untuk memperkuat unsur wastra di dalamnya. Adapun motif Kluwung menggambarkan pelangi yang merupakan keajaiban alam dan tanda kebesaran Tuhan Sang Pencipta. Sementara motif udan liris artinya hujan gerimis, karena hutan Kalimantan sering turun hujan tanpa mengenal musim. Serta mengandung konotasi mendatangkan kesuburan, sehingga motif ini merupakan lambang kesuburan dan kesejahteraan.
Aksesoris yang digunakan mewakili kehidupan alam liar di hutan Kalimantan, seperti taring dan manik warna-warni. Warna yang digunakan pun menggunakan warna Etnik yang memberikan kesan Kulturistik yang pekat dengan design yang tegas. Penggunaan metode quilting di beberapa bagian busana menyesuaikan dengan suhu Eropa yang akan dingin di menjelang autumn dan winter nanti.