Euforia Festival Musik Tandai Bangkitnya Industri Musik Tanah Air
Aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, Resso, menyelenggarakan ‘Breakfast with Resso’ (BwR) pada hari Rabu (2/11), mempertemukan para pemangku kepentingan industri untuk membahas fenomena kebangkitan festival musik yang sedang berlangsung. Dalam beberapa bulan terakhir, fans musik Indonesia telah menyaksikan dan merasakan ledakan festival musik, dengan diselenggarakannya berbagai festival dan konser hampir di setiap akhir minggu. Menjelang akhir tahun ini saja, sudah ada lebih dari 30 festival musik di seluruh tanah air, sebagian besar terpusat di Jabodetabek, yang dapat memuaskan kebutuhan para penikmat konser musik. Tentunya ini merupakan hal yang menggembirakan bagi para pemangku kepentingan di industri musik, sekaligus memberikan tantangan baru – tidak saja dalam penyelenggaraannya, namun juga dalam mempertahankan antuasiasme fans ke depannya.
Kali ini, BwR yang diadakan setiap tiga bulan mengumpulkan wawasan dan pendapat dari para pemangku kepentingan festival musik, di antaranya: Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia; Bagus Utama sebagai Chief Operating Officer (COO) platform distribusi dan manajemen tiket Loket.com; Dwi A.S., jurnalis Harian Kompas; Cholil Mahmud, vokalis dari band Efek Rumah Kaca; Rizky Aulia alias Kiki Ucup, Program Director dan Inisiator festival musik Pesta Pora; Nerizza Darmayo, Creator Partnership Lead – Entertainment & Music, TikTok Indonesia; Christo Putra, Head of Music and Artist Operations, SoundOn Indonesia; dan tentunya sebagai tuan rumah Matthew Tanaya, Artist Promotion Lead; dan Gembira Agam, Artist Promo and Label Partnership, Resso Indonesia. Sesi ketujuh dari BwR kali ini kembali dimoderasi oleh Wendi Putranto sebagai pengamat industri musik.
Dalam diskusi ini, para peserta sepakat bahwa kebangkitan festival musik memang merupakan euforia pasca-pandemi, tetapi harus ada langkah-langkah yang diambil untuk mempertahankan popularitas festival musik ke depannya. Hal ini juga relevan dengan upaya pemulihan ekonomi masyarakat, mengingat acara musik memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi banyak orang; tidak hanya di industri musik, tetapi juga bagi semua pihak yang terlibat seperti Usaha Kecil & Menengah, penjual makanan dan minuman, transportasi, akomodasi, dan bisnis lain di sekitarnya. Satu hal yang mendapat perhatian penuh peserta diskusi adalah perlunya standardisasi dan penerapan keamanan dan pengendalian kerumunan dengan baik, untuk memastikan pengalaman menonton konser yang aman dan nyaman.
Dari sudut pandang Bagus Utama, COO platform distribusi dan manajemen tiket Loket.com, peningkatan jumlah festival musik dipicu oleh kembalinya penyelenggaraan acara-acara musik di negara lain, sehingga menimbulkan euforia. Menurutnya, “Euforia ini sesuatu yang bagus yang harus diteruskan, jangan sampai setelah takeoffkemudian menurun lagi. Oleh karena itu, kita semua harus bahu-membahu untuk meneruskan ini, agar bisa membangkitkan kembali ekonomi. Kemudian, kita juga bisa saling berbagi data untuk mendukung satu sama lain dalam industri ini.”
Meneguhkan perlunya kolaborasi antara para pelaku industri, Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, menjelaskan bahwa pemerintah juga memberikan dukungannya terhadap kegiatan festival musik, terutama mengingat manfaatnya untuk sektor pariwisata dan pemulihan ekonomi. “Melalui gerakan ‘Bangga Berwisata di Indonesia’, kami berupaya untuk mendorong orang-orang untuk tetap berlibur, beraktivitas, dan berwisata di dalam negeri. Mungkin salah satu caranya adalah dengan menggabungkan wisata alam dan festival musik, jadi seperti wisata event,” jelasnya. Ia juga menambahkan pentingnya memastikan bahwa festival dan konser aman dan pihak pemerintah memberikan izin berdasarkan standar keamanan yang disepakati, “Dengan standar yang jelas, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang mendukung acara, sehingga euforia festival ini bisa terus berlanjut.
Salah satu cara mendukung wisata musik/event adalah dengan menyelenggarakan festival-festival musik sepanjang tahun. Gagasan ini diusulkan oleh Rizky Aulia, yang berbagi pengalamannya sebagai Program Director/Inisiator beberapa festival yang sangat sukses antara lain Pesta Pora. Ia menjelaskan bahwa setelah dua setengah tahun tidak bisa mengalaminya, masyarakat sangat antusias untuk menghadiri festival musik lagi. “Tahun ini, orang-orang masih seperti ‘buka puasa’ dan antusias sekali mengikuti banyak festival. Tahun depan, mungkin kita harus mempertimbangkan untuk mengkurasi atau menyortir festival, termasuk mengatur jarak antar festival sehingga bisa diadakan sepanjang tahun. Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan iklim Indonesia yang relatif stabil untuk menyajikan musik kepada penggemar sepanjang tahun,” katanya.
Selain jumlah penikmat musik yang sangat banyak di hampir semua festival musik,Cholil Mahmud, vokalis band Efek Rumah Kaca, mengomentari perubahan perilaku penonton. “Dulu ada semacam arogansi di antara penggemar yang fanatik dengan genre musik atau band tertentu, sementara sekarang pada umumnya orang-orang adalah penggemar musik, artinya mereka mendengarkan banyak artis dari genre yang berbeda. Sekarang, ketika kami manggung, kami mengamati bahwa ada penonton bisa nyanyiin lagu dari berbagai artis yang ada di lineup, dan hafal banyak lagu dari genre berbeda. Dibandingkan dengan lima tahun lalu, orang-orang juga tampaknya tidak bosan menghadiri festival dengan headlineryang mirip, mungkin karena memang, in general, nonton konser bikin bahagia. Ini mungkin ada hubungan dengan budaya karaoke, atau dengan berkembangnya platform streaming musik yang menampilkan lirik-lirik lagu.”
Menurut Christo Putra, Head of Music and Artist Operations, SoundOn Indonesia, berdasarkan data mereka, festival musik memicu peningkatan lagu dan artis yang mendaftar ke platform distribusi musik. “Kami melihat lonjakan yang signifikan dalam lagu dan artis yang mendaftar ke platform distribusi SoundOn setelah festival, mungkin karena merasa terinspirasi setelah melihat artis tampil secara langsung. Mereka juga datang ke kami untuk mendapatkan masukan dan arahan dalam mengembangkan karir mereka. SoundOn sebagai bagian dari ekosistem ByteDance yang holistik, membantu mereka dengan mendistribusikan lagu ke platform streaming musik termasuk Resso, dan juga memberikan masukan cara berinteraksi dengan fans melalui berbagai konten di TikTok.”
Mengenai peran Resso sebagai platform streaming musik sosial, Matthew Tanaya, Artist Promotions Lead, Resso Indonesia, berkomentar, “Kami sangat impressed dengan keberhasilan berbagai festival musik yang diselenggarakan, dan kami melihat user behavior yang luar biasa sebagai hasil dari festival ini. Terdapat perbedaan besar antara tahun 2021 dan 2022, dan tampaknya disebabkan oleh festival musik, karena jumlah streamsheadliner festival musik pasti langsung naik sebelum dan setelah tampil.” Resso melihat bagaimana festival musik memicu daya tarik bagi artis-artis yang tadinya berjarak dengan Gen Z, dan akhirnya dapat menarik penggemar atau fans musik dari Gen Z ini melalui interaksi dengan playlist berbagai artis dari era musik berbeda. Menurut Matthew, “Sebagian besar pengguna kami adalah first time users yang baru pertama kali menggunakan aplikasi streaming musik.”
Jurnalis Harian Kompas yang mengamati festival dan konser dalam kurun waktu enam bulan terakhir, Dwi A. S., mengungkapkan festival musik memang meningkat akhir-akhir ini, terutama setelah pandemi melandai. Umumnya, penontonnya pun membeludak. Ada kerinduan penonton untuk kembali berkumpul. “Di sisi lain, telah terjadi pergeseran dalam penghargaan bagi karya musik lokal. Sepuluh tahun yang lalu, Indonesia sering kami lihat hanya sebagai pasar bagi musisi asing. Sekarang, ada apresiasi lebih tinggi untuk artis dan musik lokal. Ini salah satunya karena peran festival musik yang memberi ruang lebih banyak untuk musisi-musisi Tanah Air.” Namun, dalam situasi di mana jumlah penonton yang membeludak berpotensi menimbulkan kerawanan, ia menyoroti pentingnya prosedur keamanan dan keselamatan dalam penyelenggaraan festival musik. Jangan semata mengejar keuntungan belaka. “Setelah berpuasa karena pandemi, mungkin ini memang kesempatan untuk kembali mendapatkan keuntungan. Tapi yang perlu diingat, belajar dari kasus Kanjuruhan dan Itaewon (Korea), juga rentetan kasus yang terjadi di beberapa pertunjukan musik, keamanan dan keselamatan penonton tetap harus diutamakan.”
Nerizza Darmayo, Creator Partnership Lead – Entertainment & Music, TikTok Indonesia, menjelaskan, “Festival musik adalah sumber konten di Tiktok melalui tiga kanal, yaitu penontonnya, performers-nya, dan penyelenggaranya. Dengan membuat konten dan berbagi informasi di TikTok, penyelenggara bisa lebih dekat dengan penonton, performers dapat mengajak fansnya, dan penikmat festival bisa upload banyak konten.” Ia juga mengeksplorasi ide mengadakan pertunjukan konser melalui TikTok, melalui berbagai fitur yang dapat digunakan oleh musisi untuk berinteraksi dengan fans dan penonton; misalnya, musisi yang tampil melalui livestreamdi akun TikTok dimana para penggemar dapat berinteraksi melalui voting atau komentar.
Diskusi yang diselenggarakan BwR kali ini ditutup dengan beberapa kesimpulan yang menunjukkan optimisme para pelaku industri. Pertama, ada potensi besar bagi industri musik Indonesia untuk terus berkembang, dan menjadi tuan rumah bagi para penggemar musik dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Potensi-potensi ini juga membuka peluang besar untuk mengembangkan sektor wisata musik, melihat banyaknya peminat musik Indonesia yang berasal dari negara lain. Kedua, seiring dengan pertumbuhan festival musik Indonesia, peningkatan standar keamanan juga harus segera dilakukan sehingga keselamatan bisa menjadi prioritas utama. Dan terakhir, ada harapan untuk bisa menyelenggarakan lebih banyak lagi festival dan event musik yang berskala kecil, agar dapat meningkatkan regenerasi headliner festival, dengan memperkenalkan band-band kecil kepada penonton yang lebih luas. Diharapkan, hal ini akan memungkinkan para pelaku industri untuk lebih bisa memahami antusiasme penggemar musik Indonesia dan menentukan bagaimana memastikan fenomena festival musik dapat dipertahankan.