Galeri Indonesia Kaya Hadirkan Budaya Jawa Barat Dalam Kemasan Drama Tari
IndonesianJournal.id, Jakarta – Galeri Indonesia Kaya tidak ada habisnya berupaya mengangkat seni budaya Indonesia dalam bentuk seni pertunjukan sebagai bukti komitmen dari Djarum Foundation dalam pelestarian budaya Indonesia. Seperti yang pertunjukan yang digelar di auditorium Galeri Indonesia Kaya pada Sabtu, (23/3) mengangkat budaya khas Jawa Barat dalam bentuk drama dan tari.
Menghadirkan pertunjukan Drama Tari bertajuk Nyimas Kawung Anten, Pertunjukan yang berdurasi 60 menit ini menampilkan Jaipongan yang menjadi ciri khas Jawa Barat, yang dimeriahkan oleh Padepokan Jugala Raya, Denada dan juga Dewi Gita.
Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya yang ditemui tim jurnalis dari IndonesianJournal setelah pertunjukan usai menerangkan, ““Hari ini, Auditorium Galeri Indonesia Kaya diisi dengan penampilan dari Padepokan Jugala Raya yang telah malang melintang di dunia seni pertunjukan selama 48 tahun lamanya. Kelompok yang senantiasa melestarikan keindahan dari Jaipongan ini, berkolaborasi dengan Denada dan juga Dewi Gita. Ketiganya berhasil memukau para penikmat seni yang hadir serta menambah wawasan para penikmat seni tentang kebudayaan Jawa Barat. Semoga pementasan ini dapat menjadi sajian yang bermanfaat, menginspirasi dan juga menghibur bagi para penikmat seni.”
Pertunjukan Nyimas Kawung Anten sendiri merupakan penggambaran sosok seorang wanita yang dengan keteguhan dan kesetiaan yang tangguh dalam menghadapi dan menyikapi segala macam dinamika hidup dan kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena diwujudkan dengan penuh perjuangan secara nyata pada kehidupannya dengan penuh keyakinan dan kecintaannya terhadap apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Denada mengungkapkan, ”Penampilan kami sore hari ini merupakan salah satu upaya yang kami lakukan untuk melestarikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni yang hadir di Auditorium Galeri Indonesia Kaya. Saya dan Dewi Gita juga memperoleh banyak ilmu baru dari Padepokan Jugala Raya, tentang ragam koreografi dari tari Jaipongan. Penampilan ini juga spesial karena jika biasanya saya membawakan tarian yang lebih kontemporer, kali ini saya lebih mengangkat nilai tradisi. Kami harap, penampilan kami dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni.”
Senada dengan Denada, Dewi Gita mengungkapkan, “Tari Jaipongan merupakan salah satu tari yang sudah saya pelajari sejak kecil. Setelah sebelumnya di bulan Desember, saya diberi kesempatan oleh Indonesia Kaya untuk menarikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni di Sukabumi, kali ini, saya kembali diberi kepercayaan untuk kembali menari ke hadapan para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya bersama Denada dan juga Padepokan Jugala Raya yang sudah hampir selama setengah abad senantiasa mengenalkan, mengajarkan dan menampilkan tari Jaipongan. Senang rasanya bisa melestarikan tari Jaipongan dengan ikut menarikannya ke hadapan para penikmat seni yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya. Semoga penampilan kami dapat mewarnai akhir pekan para penikmat seni.”
Padepokan Jugala Raya didirikan pada 1976 oleh Bpk Gugum Gumbira (Alm), Maestro Tari Jaipongan dan istrinya Ibu Euis Komariah (Alm), penyanyi Cianjuran. Sepeninggalan keduanya, putrinya Mira Tejaningrum Gumbira meneruskan upaya pelestarian tari Jaipongan.