Kata Mereka Tentang Sekolah Mitra Samsung Tech Institute
Beberapa tahun belakangan ini sekolah kejuruan atau SMK menjadi sekolah pilihan bagi generasi muda, baik orangtua mau pun muridnya. Ini dikarenakan, prospek kerja untuk mereka yang lulusan SMK lebih terjamin dibanding sekolah non kejuran. Nyatanya, dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2021 lalu menunjukkan bahwa 82% responden tertarik melanjutkan pendidikan ke SMK karena peluang kerja yang bagus (57,8%) dan pilihan jurusan yang banyak (51,95%).
Samsung Electronics Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang berkomitmen untuk turut berkontribusi meningkatkan kualitas dunia pendidikan vokasi di Indonesia melalui program Samsung Tech Institute (STI). STI melalui mitra sekolah kejuruan dan setara sekolah menengah memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta mampu memperbesar peluang kerja ketika mereka lulus. Inisiatif ini sekaligus mendukung program link and match yang digaungkan oleh pemerintah sejak tahun 2017.
Sementara itu, untuk menyerap tenaga kerja yang tercipta , Samsung Tech Institute menggandeng mitranya untuk memfasilitasi Program Kerja Lapangan, yang selanjutnya akan memberikan peluang bagi para siswa untuk mengikuti proses rekrutmen. Lulusan STI yang berhasil melewati proses ini mengakui bahwa materi yang dilatih di STI memang sangat relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Khaerun Nisa, promotor di SPS Digi Store Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan alumni STI dari SMK Negeri 10 Makassar, mengatakan berbagai materi yang dipelajari semasa belajar STI bisa diaplikasikan dengan baik saat dia bekerja. “Di STI kami belajar cara melayani pelanggan, bagaimana attitude saat berhadapan dengan pelanggan, dan juga training mengenai produk-produk Samsung, sehingga ketika pelanggan bertanya, saya bisa merekomendasikan produk Samsung yang paling cocok dengan kebutuhan mereka,” ujar Nisa. Tak heran bila Nisa selalu mencapai target yang diberikan di mana pun dia ditempatkan. Sebelum direkrut menjadi promotor, Nisa terlebih dahulu mengikuti program PKL In-store di salah satu mitra Samsung.
Program STI sendiri memberikan peluang bekerja bagi siapa saja di bidang yang bahkan dipandang ‘tak lazim’. Contohnya pengalaman Salma Oktaviani, tenaga SVC di Samsung Service Center Mall Ambassador, Jakarta. Alumni STI dari SMK Negeri 1 Cimahi ini mengakui bahwa tenaga teknisi memang mayoritas laki-laki. Tapi itu tak menyurutkan minat Salma untuk menggeluti bidang yang disukainya itu. “Di sekolah kan basic-nya juga memang teknik. Kendala dan tantangan pasti ada, tapi di STI kami sudah belajar mengenai produk Samsung, cara kerja smartphone, bongkar-pasang, dan lain sebagainya. Apa yang dikerjakan sekarang sudah dipelajari dasarnya di STI dan dikembangkan di sini,” kata Salma.
Berdiri sejak 2013 dengan nama Rumah Belajar Samsung, program STI disempurnakan pada 2017 dengan memperkaya kurikulum dan memperluas target penerima manfaat yaitu SMK di Indonesia guna menghasilkan lulusan yang dapat diserap langsung oleh industri. SMK yang menjadi mitra STI harus memiliki paling tidak satu dari empat jurusan: Teknik Komputer, Teknik Audio Video, Teknik Elektronika, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Para mitra ini akan mendapatkan beberapa keuntungan berupa kurikulum sinkronikasi, guest lecture, TOT (guru), PKL (service center & in-store), peluang kandidat pegawai berdasarkan kebutuhan industri, serta panduan sarana dan prasarana.
Siswa di Samsung Tech Institute juga berkesempatan mendapatkan pelatihan coding dan programming melalui program Samsung Innovation Campus (SIC). Mereka yang lolos sampai fase bootcamp akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan, sertifikat PKL, dan pelatihan bagi para guru pembimbing. Sebanyak 62% siswa lulusan STI tahun ini langsung diserap dunia kerja. Sebanyak 22% termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan sisanya, memutuskan untuk berwirausaha berbekal pengetahuan dan pengalaman kerja yang mereka dapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa program STI sangat relevan dengan kebutuhan industri dan menghasilkan lulusan yang siap kerja maupun berwirausaha.
Dalam kurun waktu 2017-2022 Samsung Tech Institute sudah meluluskan total 4.106 siswa. Khusus tahun 2022, Samsung Tech Institute meluluskan sebanyak 1.370 siswa dari 42 SMK di seluruh Indonesia melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK), yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2022. Selain kompetensi umum yang menjadi penilaian ada beberapa standar kompetensi minimum sesuai kelas kurikulum pendidikan perbaikan elektronika yang dipilih, di antaranya adalah Home Appliances (HA), Audio Video (AV) dan Handheld Product (HHP). Adapun standar kompetensi minimum mencakup pengetahuan dasar produk, elektronika dasar, kemampuan membaca skema diagram elektronika, angkat pasang komponen. Penilaian UKK dilakukan oleh para ahli dan akademisi mitra Samsung dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika dari Kemendikbud-Ristek.
“Tantangan SMK di Indonesia saat ini adalah bagaimana menjawab tantangan dunia kerja dengan mencetak lulusan yang siap kerja. Itulah sebabnya, sejak tahun 2017 Samsung merancang program Samsung Tech Institute yang sesuai dengan kebutuhan sekolah kejuruan di Indonesia dalam meningkatkan kompetensi siswa dan para tenaga pendidiknya melalui kurikulum, pengajaran, training guru, Praktik Kerja Lapangan, dan bahkan peluang perekrutan di Samsung dan mitranya sehingga begitu lulus alumni STI bisa langsung bekerja. Dari 4.106 siswa penerima manfaat STI, 50% telah lulus dan bekerja,” tutup Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.