Maybelline New York Melalui Brave Together Bagikan Gen-Z Tips Kesehatan Mental Dalam Memasuki Fase Peralihan Di Usia 20-An
Menurut riset Maybelline New York bersama JAKPAT^, 6 dari 10 gen-Z berusia 18-25 tahun di Indonesia mengatakan pernah mengalami gejala isu kesehatan mental. Namun, hanya 15% yang memilih pergi ke psikolog untuk membantu menanganinya. Hasil riset menunjukkan, sebagian hal yang membuat Gen-Z merasa cemas dan resah adalah ketakutan akan ketidakpastian di masa depan (60%) dan isu masalah pendewasaan (43%).
“Maybelline Brave Together adalah komitmen global Maybelline New York, brand makeup nomor satu dunia,yang diluncurkan di Indonesia pada bulan Mei 2022 untuk mendukung isu kesehatan mental melalui 2 metode: edukasi dan akses konseling gratis bagi yang membutuhkan. Sejalan dengan misi Maybelline New York untuk mendorong kepercayaan diri, kebebasan berekspresi, serta membuat perubahan di dunia, kami percaya bahwa isu kesehatan mental sangat dekat dan sangat relevan bagi masyarakat. Namun sayangnya, seringkali masih menjadi stigma bagi sebagian kelompok,” ungkap Carla Mangindaan, Brand General Manager Maybelline Indonesia.
Merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia 10 Oktober lalu, Maybelline New York, kembali menggaungkan Brave Together dalam bentuk acara edukasi bersama para partner Brave Togetheryaitu Rahasia Gadis dan KALM serta didukung oleh UI Sehat Mental. Bertempat di Selasar Balai Purnomo, Universitas Indonesia, rangkaian kegiatan talkshow dan booth interaktif mengangkat tema yang sangat dekat dengan anak muda “Ready for my 20s” untuk berdiskusi dan menjawab keresahan Gen-Z memasuki masa depan yang menghadapi banyak perubahan memasuki usia 20 tahun. AcaraMaybelline Brave Together turut dihadiri Mima Shafa, seorang Mental Health Survivor, Aditya Gunawan, seorang Psikolog Klinis Dewasa, Karina Negara, Psikolog Klinis dan Co-founder KALM, serta Carla Mangindaan selaku Maybelline Brand General Manager.
“Semoga topik ‘Ready for my 20s’, dapat membantu para anak muda memasuki fase kehidupan yang baru dan menjawab tantangan di fase peralihan dari remaja menjadi dewasa, yang tentunya memerlukan keberanian dan kesiapan mental. Yang paling penting adalah percaya bahwa kita tidak sendirian menjalaninya. Harapannya, semakin banyak orang yang berani untuk berbagi tentang masalahnya dan mencari bantuan profesional karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” tambah Carla.
Karina Negara, Psikolog Klinis & Co-Founder KALM menjelaskan bahwa tantangan utama memasuki usia 20 adalah menyatukan ekspektasi dan realita, “Memasuki usia 20an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa, dengan segudang ekspektasi yang ada di benak mereka. Tidak bisa dipungkiri pengaruh media sosial sangat besar terutama bagi para Gen-Z, dimana kebanyakan mereka terpapar pada konten-konten yang ‘ideal’ walaupun terkadang tidak mencerminkan realitanya secara utuh. Untuk mendukung kesiapan dan kesehatan mental mereka yang sedang bertransisi, sungguh penting bagi Gen-Z untuk memperoleh pendampingan dan panutan yang bisa menyeimbangkan ekspektasi dan realita bahwa hidup tidak selamanya manis sebagaimana di media sosial.”
Mima Shafa, Mental Health Survivor menceritakan pengalaman pribadinya menyambut usia 20, “Aku sendiri dalam perjalanan mengenal diriku memasuki usia 20. Kita memang hidup di dunia dan era yang sangat kompetitif, dimana sebagai anak muda kita selalu berlomba-lomba mengejar kesuksesan untuk terus mendapatkan kebahagiaan. Namun, seringkali demi mengejar kesuksesan dan ‘kebahagiaan’ dalam hidup, kita melupakan kesehatan mental sebagai sesuatu yang harus turut dirawat, bahkan dianggap tabu. Aku bersyukur memiliki keluarga dan support system yang mendampingiku di masa-masa sulit melewati peralihan ini, hingga akhirnya aku berani mencari bantuan professional untuk mendampingiku. Kesehatan mental dan fisik adalah prioritas utama untuk menjadi dewasa.”
Dalam proses pendewasaan, diperlukan mindset dan mentalitas “BRAVE” untuk merawat kesehatan mental yang dibutuhkan agar mampu menjadi manusia dewasa yang berfungsi optimal:
1. B – Bangun Kebiasaan Positif
Memiliki kebiasaan positif dapat dimulai dari sesuatu yang kecil seperti bangun pagi dan olahraga teratur. Kamu akan merasa lebih produktif dan memiliki waktu lebih banyak untuk merencanakan harimu. Dengan memiliki kebiasaan positif yang konsisten, emosi akan menjadi lebih terjaga dikarenakan hati lebih tenang berkat perencanaan yang lebih matang.
2. R – Rencanakan Waktu Istirahat
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada kondisi mental. Merencanakan waktu untuk istirahat atau tidur pada waktu yang teratur setiap hari akan membantu untuk membawa stabilitas pada kondisi mental seorang individu.
3. A – Afirmasi Diri
Penelitian menunjukkan bahwa cara seseorang berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental seseorang. Ketika seseorang memandang dirinya dan hidupnya secara negatif, maka mereka juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat seseorang lebih optimis.
4. V – Validasi Emosi
Validasi adalah kemampuan mengakui dan menerima berbagai emosi yang dirasakan. Agar mampu memvalidasi emosi diri, diperlukan latihan dan refleksi diri secara rutin. Merefleksikan diri berarti evaluasi dan proyeksi diri di masa mendatang. Dalam validasi diri, refleksi yang akurat dan jujur dapat membantu proses penerimaan diri, namun bila dirasa masih sulit berefleksi, kamu bisa dibantu oleh professional melalui konseling supaya semakin akurat.
5. E – Ekspresikan Kebaikan
Ketika kita berbuat baik, hal tersebut bukan hanya berdampak baik ke orang yang kita bantu, tetapi juga berdampak positif untuk diri kita sendiri. Penelitian menunjukkan ketika membantu orang lain, kita bisa membentuk self-esteem yang lebih sehat karena kita menemukan makna dan menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri.
Oleh karena itu, mari kita semua sama-sama BE ‘BRAVE’, beranikan diri untuk ciptakan ruang aman untuk kalangan muda saling cerita, saling berinteraksi dan saling mendukung satu sama lain untuk bersama-sama melewati masa peralihan menuju pendewasaan diusia 20an.
Untuk mendapatkan konseling gratis dari Maybelline Brave Together, unduh aplikasi KALM di Google Play Store atau App Store dan gunakan kode BRAVE 33-33-33-33. Selain konseling, Maybelline juga mengajak kamu untuk membagikan cerita perjalanan kesehatan mental secara anonim di Brave Talk https://www.maybelline-bravetogether.com/.