x
Ekonomi

#SemuaBisaSetara: Jalin Gelar “Petualangan Inklusi di Museum BI” untuk Tingkatkan Literasi dan Keamanan Keuangan Teman Tuli

#SemuaBisaSetara: Jalin Gelar “Petualangan Inklusi di Museum BI” untuk Tingkatkan Literasi dan Keamanan Keuangan Teman Tuli
  • PublishedJuly 24, 2024

IndonesianJournal.id, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (“HAN”), PT Jalin Pembayaran Nusantara (“Jalin”), perusahaan pemroses pembayaran (switching) bagian dari Holding BUMN Danareksa yang dikenal sebagai pengelola jaringan “Link”, menyelenggarakan acara bertajuk “Petualangan Inklusi di Museum BI”. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan dan keamanan bagi anak-anak penyandang disabilitas, khususnya Teman Tuli.

Pemerintah mengangkat tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” untuk memperingati HAN 2024, yang menitikberatkan pada kemajuan bangsa Indonesia yang sangat bergantung pada perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

Dalam semangat ini, Jalin mengajak anak-anak dari Sekolah Luar Biasa (“SLB”) di DKI Jakarta untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia, memperkenalkan sejarah sistem pembayaran di Indonesia, dan memberikan mereka kesempatan yang setara dalam mendapatkan literasi keuangan. Lewat kampanye #SemuaBisaSetara, Jalin mengajak kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan sistem pembayaran digital yang aman dan inklusif bagi semua orang.

Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands, Wendy Kusumowidagdo, mengapresiasi langkah inisiatif Jalin dengan dukungan dari Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dalam menyelenggarakan acara peningkatan literasi keuangan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Edukasi dan literasi keuangan yang inklusif sangat penting untuk memastikan Teman Tuli dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat dan ekonomi digital. Wendy berharap melalui acara ini, Teman Tuli dapat lebih waspada dan terlindungi saat menggunakan layanan sistem pembayaran digital.

Wendy menambahkan bahwa inklusi keuangan bukan hanya tentang memberikan akses, tetapi juga memastikan setiap individu, termasuk mereka yang memiliki hambatan, memahami cara menggunakan layanan keuangan dengan aman dan efisien. “Teman Tuli, seperti kelompok rentan lainnya, sering menghadapi tantangan lebih besar dalam memahami dan mengakses layanan keuangan digital. Oleh karena itu, acara seperti ini sangat penting untuk memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan,” ujar Wendy.

Direktur Komersial Jalin, Eko Dedi Rukminto, menekankan pentingnya mempersiapkan anak-anak dengan literasi keuangan digital yang memadai. “Kita tidak ingin generasi emas ini mengalami kesulitan atau bahkan menjadi korban fraud saat menggunakan layanan sistem pembayaran digital. Kepercayaan terhadap sistem ini harus terus diperkuat melalui literasi yang baik dan konsisten dari seluruh pemangku kepentingan,” ujar Eko.

Head of Product & Technology ASPI, Tata Martadinata, menegaskan bahwa upaya meningkatkan keamanan dan trust dalam penggunaan sistem pembayaran digital adalah tanggung jawab bersama. ASPI terus berupaya untuk memberikan edukasi yang menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat, mengenai pentingnya memahami dan menggunakan sistem pembayaran digital dengan aman.

“Ini sangat penting mengingat tren transaksi pembayaran yang semakin beralih ke metode digital, salah satunya akseptasi penggunaan QRIS yang terus meningkat. Dengan pemahaman yang baik, kita bisa meminimalisasi risiko penipuan dan fraud yang bisa merugikan, terutama bagi anak-anak agar mereka bisa lebih siap menghadapi masa depan digital sebagai bagian dari cashless society” ujar Tata.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat baru sekitar 20 persen dari total penyandang disabilitas yang memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan. Selain itu, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLKI) yang dilakukan OJK pada tahun 2022, indeks literasi keuangan pelajar masih mencapai 47,56 persen atau di bawah tingkat rata-rata nasional sebesar 49,68 persen.

Kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, industri, dan lembaga pendidikan sangat penting untuk mempercepat peningkatan literasi keuangan. “Dengan literasi yang cukup, anak-anak akan lebih siap menghadapi masa depan digital, mengenali, serta menghindari risiko penipuan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat berpartisipasi aktif dan aman dalam ekosistem keuangan digital sehingga no one left behind,” jelas Eko.

Written By
Amanda Nasution

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!