Tips Perawatan Kesehatan, Teknologi, Dan Keberlanjutan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 telah membawa paradigma baru. Meskipun banyak negara yang sudah tidak menerapkan lockdown, dan aktivitas bekerja, sekolah, dan kuliah perlahan mulai kembali menjadi pertemuan fisik, namun kehidupan kita seperti cara berinteraksi dan bekerja telah berubah selamanya.
Tentu saja, 3M ingin menggali bagaimana pandemi telah dan akan terus mengubah kehidupan secara mendasar. Oleh karena itu, 3M melakukan studi independen terhadap 22.000 orang dewasa di 11 negara, termasuk Prancis, Brasil, Cina, Meksiko, Kanada, Jepang, Jerman, Inggris, AS, India, dan Korea Selatan.
Berikut adalah beberapa hal yang 3M temukan.
- Meningkatnya kesadaran akan kesehatan
Saat ini masyarakat lebih sadar akan kesehatan daripada sebelumnya. Tidak mengherankan, hidup di tengah pandemi telah mengubah cara pandang orang tentang kesehatan. Menurut 3M Futures, 76% orang di seluruh dunia setuju bahwa pandemi membuat mereka lebih sadar akan kesehatan mereka sendiri.
Hal ini juga terjadi di Indonesia, di mana sejak pandemi terjadi, masyarakat Indonesia lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan. Di antara kebiasaan yang paling banyak dilakukan yakni mencuci tangan (85%), mengonsumsi air (55%), makan buah dan sayuran (47%) dan minum vitamin (46%).
Pandemi bahkan telah memengaruhi cara kita berpikir tentang ruang publik, di mana 77% responden setuju bahwa ruang publik perlu dirancang ulang agar lebih aman untuk kesehatan.
Ruang publik ini termasuk perkantoran. Pandemi telah mengubah gambaran kita tentang interior tempat kerja, dan perusahaan menghadapi dua tantangan dalam membuat ruangan yang menciptakan rasa kebersamaan namun tetap melindungi kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
2. Eksistensi yang selalu digital – bekerja, berinteraksi, dan bermain secara online
Ketika negara-negara menerapkan lockdown, hampir semua kegiatan beralih menjadi virtual.
Hal ini menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Meskipun lebih dari 64% responden lebih suka bekerja dari rumah, dengan jumlah yang hampir sama, sebanyak 58% responden bersedia mencoba kemajuan teknologi baru seperti rumah yang berkelanjutan dan kendaraan listrik, sementara yang lainnya lebih suka meminimalkan peran perangkat teknologi dalam kehidupan mereka.
Sebanyak 77% responden menyatakan bahwa mereka memiliki interaksi yang lebih baik dengan teman dan keluarga secara langsung daripada saat menggunakan teknologi dan platform online. 7 dari 10 orang juga menyukai hobi yang memungkinkan mereka terbebas dari perangkat elektronik. Sebanyak 75% lainnya menyoroti bahwa terlalu banyak melihat layar adalah masalah kesehatan yang harus ditangani.
3. Menyambut masa depan AI dengan optimisme dan kekhawatiran yang sama
Masa depan yang dipengaruhi AI sudah mulai terlihat. Secara global, 63% responden percaya bahwa kemajuan AI mutakhir seperti kendaraan tanpa pengemudi akan menjadi bagian dari kehidupan kita dalam 10 tahun ke depan. Sebanyak 55% responden juga bersedia naik mobil tanpa pengemudi.
Terlepas dari antusiasme ini, kita terus mempertanyakan etika dan implikasinya, dan menginginkan lebih banyak transparansi tentang bagaimana teknologi diterapkan dalam masyarakat. Untuk benar-benar memanfaatkan kekuatan AI dan data tanpa mengorbankan privasi, pemerintah perlu merancang cara yang memungkinkan berbagi data berkualitas dengan aman.
Di Indonesia, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo mendorong lahirnya Undang-Undang Keamanan dan Ketahanan Siber Nasional untuk mendukung amanat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta mengantisipasi kejahatan dunia maya dan penyalahgunaan data. Inisiasi Undang-Undang Keamanan dan Ketahanan Siber Nasional juga sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo, yang menegaskan bahwa Indonesia harus siap menghadapi ancaman kejahatan siber dan penyalahgunaan data, yang disoroti dalam Sidang Tahunan MPR pada 16 Agustus 2019 lalu.
Perusahaan juga perlu berevolusi untuk menangani kompleksitas dan kecepatan parameter etika dalam menggunakan data dan AI dengan cara yang berprinsip dan etis. Badan-badan pemerintahan juga harus memahami data, keluasan dan kedalaman, potensi penggunaan, sekarang dan di masa depan, pertukaran antara kemungkinan manfaat yang sangat besar dengan biaya penggunaan data tanpa tata kelola.
Demikian juga, integritas dan model nilai 3M menjadi panduan atas semua yang perusahaan lakukan, termasuk bagaimana 3M menggunakan AI di seluruh bisnisnya, mulai dari menganalisis catatan untuk perawatan kesehatan yang paling efektif dan ekonomis, hingga menggunakan data jalan, gedung, dan lingkungan untuk mengoptimalkan keselamatan pekerja dan peralatan secara real time. Dalam skala global, 3M menggunakan algoritma canggih untuk meningkatkan rantai pasokan, kualitas produksi, dan sumber daya 3M untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.
4. Keberlanjutan – bukan hanya permintaan, tetapi juga harapan
Dalam hal keberlanjutan, 3M juga meminta bisnis untuk benar-benar menjalakannya. Tiga perempat responden di seluruh dunia menuntut transparansi dari brand yang mengklaim komitmen berkelanjutan. 3M juga percaya bahwa bisnis harus ramah lingkungan dan berkelanjutan, alih-alih menggunakannya sebagai poin pemasaran.
Indonesia mengungkap rencana pembangunan berkelanjutan pertamanya dengan pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai indikator utama di awal tahun 2020, tetapi apakah itu akan cukup cepat? Di seluruh dunia, sebagian besar orang (73% responden) bersedia untuk tinggal di rumah yang berkelanjutan, tetapi sebagian besar tidak berpikir masyarakat akan memprioritaskan kehidupan yang berkelanjutan dalam waktu dekat. Faktanya, 40% responden merasa bahwa energi terbarukan tidak akan menjadi bagian utama kota mereka dalam dekade mendatang.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menemukan cara yang lebih cepat untuk menerapkan kebijakan dan praktik ramah lingkungan.
Menyadari pentingnya industri yang ramah lingkungan, Kementerian Perindustrian mendesak perusahaan-perusahaan untuk membantu mengurangi emisi karbon dan mendorong keseimbangan antara pertumbuhan sektor manufaktur dan kelestarian lingkungan. Dalam upaya untuk lebih mendorong industri hijau yang berdaya saing di Indonesia, kementerian telah merumuskan program prioritas yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sumber daya, serta mengembangkan bahan baku ramah lingkungan (material hijau) dan produk ramah lingkungan.
3M mengambil tindakan dengan berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap produk baru yang dikomersialkan mulai tahun 2019 dan seterusnya, harus menunjukkan bagaimana produk tersebut memberikan dampak untuk kebaikan yang lebih besar. 3M bekerja setiap hari untuk merancang solusi yang memberikan hasil lebih banyak namun dengan lebih sedikit material, dan meningkatkan proses manufaktur 3M. Di sisi konsumen, 3M mengembangkan cara untuk mengurangi titik kontak konsumen dan menemukan jalur digital jika memungkinkan untuk mengurangi biaya lingkungan.
Langkah selanjutnya
Baik atau buruk, pandemi secara fundamental telah mengubah cara kita hidup, berinteraksi, dan bekerja. Kita harus mengubah atau menata ulang sistem dan proses secara radikal agar lebih fleksibel, nyaman, dan serbaguna.
Paradigma baru ini telah menjadi tantangan, namun menciptakan peluang baru untuk inovasi di bidang sains, teknologi, dan desain untuk mendukung cara yang berbeda ke depannya. Pemerintah, mitra perusahaan, dan para pemangku kepentingan perlu bekerja cepat untuk beradaptasi dengan perubahan ini dan menemukan cara untuk memanfaatkan tren baru ini.